Lingkaran Liturgis dan Penataan Ruang Ibadah
5.1. Pengertian
Pertalian atau mata rantai liturgis penataan ruang ibadah biasanya disesuaikan dengan tradisi liturgy Protestan yang dianut. Kecendrungan penggunaan sarana-sarana liturgy dan penempatannya dalam ruang ibadah sangat dipengaruhi oleh salera atau warisan teologi yang dimiliki. Tradisi Reformasi lebih mengutamakan pemberitaan Firman Allah dalam ibadah, sehingga mimbar menempati posisi yang penting. Namun ini tidak berarti yang lain tidak penting. Semua sarana dalam ruang ibadah mempunyai makna fungsional maupun simbolik dalam tatanan liturgy gereja. Sarana-sarana liturgy gereja yang kita maksudkan seperti: mimbar, peti persembahan, bejana baptisan Kudus, meja dan alat-alat Perjamuan Kudus. Semua sarana ini harus dipersiapkan dengan baik.
Jadi lingkaran liturgis yang dimaksud disini adalah suatu system yang menggambarkan keutuhan wawasan liturgy gereja baik secara konsepsioanl maupun secara fisik yang real.
5.2. Tata Cara Penataan Ruang Ibadah dalam Lingkaran Liturgis
Beberapa pengaturan sarana-sarana liturgy dalam ibadah dapat dituturkan sebagai berikut:
1. Penataan Mimbar
Mimbar dalam liturgy ibadah Protestan memiliki makna simbolik yang paling kuat. Berdasarkan pandangan Protestan bahwa pemberitaan Firman Tuhan, harus lebih diutamakan dalam liturgy. Oleh karena itu dalam liturgy Protestan mimbar memiliki makna simbolis dari gereja sebagai gereja yang memberitkan Yesus Kristus. Fungsi mimbar dalam ibadah Protestan adalah berfungsi untuk tugas marturia Gereja. Artinya melalui mimbar Firman Allah diberitakan kepada kepada jemaat. Oleh karena itu maka mimbar selalu ditempatkan di bagian tengah ruang ibadah.
2.Bejana Baptisan
Bejana baptisan menjadi symbol dari gereja yang membaptis dalam lingkaran liturgy Gereja. Oleh karena itu Bejana Baptisan diletakkan disebelah kanan Mimbar.
3.Penataan Meja dan Alat Perjamuan Kudus
Meja dan alat-alat Perjamuan Kudus menjadi symbol dari Gereja yang menata persekutuan. Roti dan cawan itu disampaikan begitu rupa, sehingga jemaat didorong dalam tindakan memuliakan Allah. Dalam hubungan dengan itu, maka meja dan alat-alat Perjamuan Kudus diletakkan di sisi kiri dari mimbar.
4.Penataan Meja Tempat Persembahan.
Meja tempat persembahan melambangkan gereja yang mengucap syukur kepada Tuhan dengan harta milik-Nya serta sumber daya yang dianugerahkan Tuhan. Dalam konteks pemahaman ini maka meja tempat persembahan ditempatkan di depan jemaat. 5.Penataan Posisi para pendukung liturgys dan pelayan liturgis
Para pendukung liturgy menempati posisi samping kiri dan kanan mimbar sebagai symbol kemitraan Pendeta dan Jemaat Peran-peran pelayan liturgis yang dilakukan adalah: Pendeta sebagai wakil umat sedangkan Diaken sebagai Pelayan umat dalam Liturgi Gereja. Demikian juga halnya dengan koster dan kolektan. Para kolektan sebagai pelayan liturgis yang mengumpulkan persembahan umat dapat menempati posisi samping meja persembahan, umat dapat menempati posisi samping meja persembahan. Karena secara fungsional mereka adalah symbol dinamis dari meja persembahan sebagai gereja yang mengucap syukur.
Para kostor sebagai tenaga penunjang liturgis bertugas mengawasi kelancaran dan keamanan ibadah. Fungsi ini dilakukan secara fisik dengan kaki dan tangan baik di dalam maupun di luar, maka kostor juga sebagai pengawas dan penunggu. Untuk itu posisinya ditempatkan di depan pintu gerbang gedung gereja.
6.Para anggota Musik liturgy Gereja: Suara: PS, VG dan Istrumen: pemain organ, paduan suling, pianis dll posisinya di liturgy Gereja sesuai dengan fungsinya dalam liturgy gereja. Sebagai pengirim dan pemandu suara/pujian jemaat, maka posisinya harus berada di depan jemaat. Maksudnya adalah supaya mereka dapat berkomunikasi dengan jemaat dan pelayan ibadah.(Damamain, 1993:135-137).
Salam liturgi
0 comments: