Thursday, October 9, 2014

YESUS JAMINAN KE SORGA

YESUS JAMINAN KE SORGA

YESUS TELAH dan SEDANG BERLITURGI YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DIA ADALAH ANAK DOMBA ALLAH. YESUS JAMINAN MENGHANTAR KITA KE SORGA

Pada peristiwa perayaan hari raya Pondok Daun, Yesus menyampaikan sejumlah topik pengajaran berkenaan dengan legitimasi diri-Nya dan asal-usul pengajan-Nya. Pengajaran-pengajaran-Nya menarik minat banyak orang Yahudi dan mungkin saja mereka memperlihatkan tanda-tanda bahwa mereka percaya kepada Yesus. Namun, Yesus tidak membiarkan mereka menyimpan kepalsuan yang dibungkus dengan penampilan luar seakan-akan mereka benar-benar percaya. Yesus mengetahui bahwa mereka sangat menggantungkan identitas kerohanian mereka atas fakta bahwa mereka adalah keturunan lahiriah dari Abraham. Itulah sebabnya, Yesus menyatakan bahwa kemerdekaan sejati itu diperoleh bukan atas dasar keturunan lahiriah, melainkan relasi yang intim dengan Yesus dan ketaatan terhadap pengajaran-pengajaran-Nya. Orang-orang Yahudi itu berupaya menyanggah Yesus demi mempertahankan kebanggaan lahiriah mereka sebagai jaminan klaim mereka akan kebebasan spiritualitas. Namun, sanggahan mereka justru diperhadapkan Yesus dengan fakta bahwa mereka adalah hamba dosa. Bukan hanya itu, tindakan mereka terhadap Yesus yang berkali-kali berupaya membunuh-Nya semakin jelas memperlihatkan bahwa mereka bukanlah pemilik kemerdekaan yang disandang seorang murid yang sejati. Mereka harus “terusir” kecuali kalau mereka membarui hubungan mereka dengan Bapa melalui Anak, yaitu Yesus Kristus. Yesus tidak tertarik semata-mata dengan jumlah mereka yang mengaku percaya. Yesus lebih memberi perhatian terhadap kesejatian iman mereka.

Sebagaimana Yesus, Yohanes mempresentasikan materi ini agar para pembaca kitabnya yang sudah mengaku percaya dapat menguji diri mereka sendiri. Apakah mereka mengklaim iman yang sejati atau sekadar iman yang sementara dengan “isi” yang lama sebagaimana orang-orang Yahudi pada masa Yesus? Di sisi lain, Yohanes juga mungkin hidup bersama komunitas orang percaya yang menghadapi penolakan-penolakan frontal dari orang-orang Yahudi pada masanya. Itulah sebabnya, melalui materi ini juga Yohanes ingin agar komunitas orang percaya itu tetap teguh karena mereka dapat melihat cerminan penolakkan itu bahkan sejak masa Yesus sendiri. Yohanes juga, sebagaimana yang terungkap dalam tujuan umum penulisannya, bermaksud menginjili baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang non Yahudi, bukan hanya dengan janji kelepasan dari dosa, melainkan juga dengan sebuah tuntutan agar mereka harus berkomitmen untuk “tinggal di dalam firman-Ku” sebagai ekspresi nyata dari kehidupan murid Yesus yang sejati. Yohanes tidak ingin menghasilkan para petobat baru yang sekadar mengaku percaya tanpa komitmen iman dan moral. Yohanes, menurut Carson, “harus mempersentasikan Injil sedemikian rupa agar komunitas mesianik itu tidak dibanjiri oleh orang-orang yang tidak pernah dilahirkan kembali.” ( Carson: 348.)

Ringkasnya, iman yang sejati yang ditandai oleh kemerdekaan rohani yang dilandasi oleh hubungan yang intim dengan Yesus dan komitmen untuk hidup di dalam pengajaran-pengajaran-Nya jauh lebih penting dari mempertahankan jumlah orang yang mengaku percaya namun tidak memperlihatkan karaktesitik ini. Pengakuan mereka yang palsu itu harus ditelanjangi, sebagaimana yang dilakukan Yesus pada masanya dan kemudian dilakukan Yohanes di kemudian hari dengan mempresentasikan materi ini (John Kurse, 209)